Minggu, 06 Juli 2025

Biografi Prof. Dr. Ahmad Tafsir M.A.

Potret Ahmad Tafsir - Source: Unknown

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A., atau Ahmad Tafsir adalah seorang pakar dalam bidang pendidikan, terutama dalam bidang pendidikan Islam. Gagasan tentang pemikiran pendidikannya cukup baru dan dapat dipertimbangkan sebagai rujukan dalam diskursus ilmu pendidikan Islami. Dengan begitu, banyaknya para pakar pendidikan Islam di Indonesia yang dengan gigih menuangkan gagasan-gagasan mereka untuk memajikan pendidikan di negara ini, pemikiran Ahmad Tafsir tentang pendidikan juga bisa dijadikan bahan perbandingan dan tambahan referensi dalam khazanah ilmu-ilmu pendidikan Islami.

Ahmad Tafsir dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 19 April 1942, jenjang pendidikannya diawali di Sekolah Rakyat (SR) Bengkulu, yang saat ini telah bertransformasi menjadi Sekolah Dasar (SD). Setelah lulus dari SR, dia melanjutkan jenjang pendidikannya di Pendidikan Guru Agama (PGA) selama 6 tahun di Yogyakarta, belum puas dengan ilmu yang diperolehnya, ia belajar di Jurusan Pendidikan Umum Fakultas Tarbiyah IAIN (saat ini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan lulus pada tahun 1969.

Pada tahun 1975-1976 Ahmad Tafsir mengambil kursus filsafat di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama sembilan bulan ia kursus filsafat di Yogyakarta, hingga meraih pemahaman filsafat dengan matang. Perjalanan akademiknya tidak berhenti di situ, pada tahun 1982 ia melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu program magister di Pascasarjana IAIN (saat ini UIN) Jakarta dengan mengambil konsentrasi Ilmu Pendidikan Islam. Selang beberapa tahun, tepatnya tahun 1987 Ahmad Tafsir berhasil menyelesaikan program doktoral di IAIN Jakarta pada bidang Ilmu Pendidikan Islam. Ahmad Tafsir mempelopori berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam (ASPI) pada tahun 1993 dan sampai tahun 2000 masih menjabat sebagai ketua. Tidak lama setelah didirikan ASPI, sejak itu pula tahun 1994 sampai tahun 1996 banyak sekali mengadakan seminar nasional untuk membicarakan dan membahas Ilmu Pendidikan Islam. Hasilnya, pada tahun 1995 diterbitkan Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, buku ini berisi tentang filsafat, paradigma, metodologi, model penelitian, dan peta penelitian semuanya untuk pendidikan Islam. Dan sejak tahun 1997 ia diangkat sebagai guru besar Fakultas Tarbiyah IAIN (saat ini UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

Pengabdiannya di jenjang Perguruan Tinggi dimulai sejak tahun 1970 dengan mengajar di Fakultas Tarbiyah di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pada tahun 1974 Ahmad Tafsir mencoba menyusun Diktat yang berisi tuntunan lesson plan (persiapan mengajar) khusus membantu mahasiswanya yang keluar menjadi Guru Agama Islam di sekolah tingkat menengah. Di dalam Diktat tersebut baru dibuat pembahasan yang sangat singkat. Secara berangsur-angsur disempurnakan pada tahun 1986, Ahmad Tafsir menganggap selesai dan siap diterbitkan pada tahun 1990. Naskah itu diterbitkan pertama kalinya (cetakan pertama) oleh Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung dengan judul buku Metodik Khusus Pendidikan Agam Islam (MKPAI). Pada tahun 1988 berlaku kurikulum baru Fakultas Tarbiyah yang disebut Kurikulum 1988.

Pada Kurikulum 1988 itu nama mata kuliah Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (MKPAI) diganti dengan Metodologi Pengajaran Agama Islam (MPAI). Kemudian pada tahun 1994 kurikulum Tarbiyah berganti lagi. Dalam kurikulum itu digunakan Metodologi Pengajaran Agama Islam (MPAI) juga. Pada tahun 1995, tatkala Ahmad Tafsir hendak menerbitkan cetakan ketiga buku MKPAI itu, judul MKPAI tersebut oleh Ahmad Tafsir diubah menjadi MPAI (Metodologi Pengajaran Agama Islam) disesuaikan dengan nama mata kuliah itu dalam kurikulum Fakultas Tarbiyah yang terbaru. Isi MPAI lebih luas dari pada isi MKPAI yang lama. Karena ada sedikit perubahan dan tambahan, ada 3 BAB yaitu BAB 7 sampai dengan BAB 9 sebanyak 45 halaman dan beberapa revisi pada halaman-halaman yang lain.

Pemikiran-pemikirannya telah banyak yang disosialisasikan melalui tulisan-tulisannya yang telah diterbitkan, umumnya berbicara tentang pendidikan dan filsafat, di antaranya adalah Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, Filsafat Pendidikan Islami, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Metodologi Pengajaran Islam. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam (buku teks Perguruan Tinggi), Tasawuf Jalan Menuju Tuhan (bacaan umum), Model Tasawuf Menurut Syari’ah, penerapannya dalam Perawatan korban Narkotika dan Berbagai Penyakit Ruhani (bacaan umum). Di sela-sela kesibukannya, Ahmad Tafsir juga banyak menulis di surat kabar berupa artikel ringan dan umumnya mengenai agama dan pendidikan, kadang-kadang menggunakan pendekatan filsafat. Ia tidak pernah aktif dalam bidang politik, bukan karena tidak punya kesempatan, melainkan karena tidak berminat saja untuk terjun di dalamnya.

Sejak lama Ahmad Tafsir mengajarkan Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islami di beberapa Perguruan Tinggi, pada jenjang S1 maupun S2. Sebelum Ahmad Tafsir memberikan kuliah biasanya ia telah menyiapkan bahan, yang kadang-kadang telah berupa makalah. Makalah tersebut kemudian dibagikan kepada mahasiswa lalu ia membahasnya. Sering kali terjadi perubahan dan perbaikan pada isi makalah setelah pembahasan itu. Makalah-makalah Ahmad Tafsir itu diseleksi secara ketat, kemudian diambil oleh temannya dan ditulis ulang. Dengan ditulis ulang, kesempatan yang baik untuk memperbaiki dan memperkaya data dengan menambahkan makalah-makalah seminar dan lain-lain, sehingga jadilah buku Filsafat Pendidikan Islam. Ahmad Tafsir berterima kasih kepada para mahasiswanya yang telah ikut mematangkan gagasan-gagasannya. Jadi buku Filsafat Pendidikan Islam ini yang amat sederhana menjadi media Ahmad Tafsir untuk mengajak para pembaca untuk mendiskusikan gagasan-gagasan tersebut.

Secara khusus Ahmad Tafsir mengucapkan terima kasih kepada muridnya yang bernama Tedy Priatna dan Deden Efendi yang telah membantu ia ketika buku Filsafat pendidikan Islami masih berupa draf, yang kadang-kadang mereka juga mengejek gagasan-gagasan yang ia tulis dalam bukunya. Kalau mereka mengejek biasanya Ahmad Tafsir akan berkata, “diam dulu, kamu kan baru lahir kemarin.” Dalam hal mengejek itu Darun Setiyadi juga sering ikut-ikutan. Tetapi di balik itu semua ejekan mereka sebenarnya membantu Ahmad Tafsir “mematangkan” gagasan-gagasannya tersebut, karena topik pembahasan Filsafat Pendidikan Islam banyak yang sama dengan topik pembahasan Ilmu Pendidikan Islam, tetapi mahasiswa tidak perlu mengajukan pertanyaan itu. Inilah penyebab utama yang mendorong Ahmad Tafsir menulis buku Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam. Ahmad Tafsir ingin menjelaskan perbedaan antara Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam. Ahmad Tafsir mencoba memisahkan teori-teori Ilmu Pendidikan Islam dari teori-teori Filsafat Pendidikan Islam.

Suatu ketika, Ahmad Tafsir pernah melakukan sebuah observasi (penelitian sederhana) terhadap sekolah-sekolah yang dikelola oleh organisasi atau yayasan Islam selain Muhammadiyah. Hasilnya menunjukkan kualitas yang serupa, bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Meski demikian, menurut Ahmad Tafsir, penilaian ini cenderung pukul rata, karena ada juga satu atau dua sekolah Islam yang berkualitas baik, bahkan favorit dan bergengsi. Kriteria perbandingan yang digunakan Ahmad Tafsir kala itu cukup sederhana, yakni jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri. Inilah permulaan ketertarikan serius Ahmad Tafsir terhadap sekolah-sekolah Islam. Untuk memperdalam studinya, ia menulis disertasi yang fokus pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Meskipun menurutnya disertasi itu sendiri tidak terlalu baik, ada satu hal penting yang ia temukan dalam penelitian tersebut: mengapa secara umum kualitas sekolah-sekolah Islam lebih rendah dibandingkan sekolah-sekolah pemerintah dan yang dikelola oleh lembaga Katolik?! Ketertarikan ini kemudian berkembang menjadi pemikiran mendalam dan penelitian lapangan dalam berbagai kesempatan.

Ketika diundang ke Ujung Pandang untuk sebuah seminar misalnya, Ahmad Tafsir memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya kepada kawan-kawannya dari berbagai daerah, mengenai kondisi sekolah-sekolah Islam di tempat mereka. Informasi yang diperolehnya semakin memperkuat pandangannya bahwa secara umum kualitas sekolah-sekolah Islam memang rendah. Kebetulan, Ahmad Tafsir juga pernah memimpin SMP Muhammadiyah di Bandung selama tujuh tahun dan tidak pernah lepas dari sekolah Muhammadiyah selama di Yogyakarta, baik sebagai pelajar maupun pengajar. Dari penelitian yang cukup mendalam, Ahmad Tafsir menemukan jawabannya: masalahnya bukan kekurangan dana atau kemiskinan umat Islam, melainkan pola pikir yang perlu dibenahi. Menurutnya, umat Islam belum menyadari sepenuhnya terkait pentingnya pendidikan atau kurang memperhatikan mutu sekolah Islam.

Biografi Ahmad tafsir di atas bersumber dari artikel yang ditulis (Hamzah, 2017; Santi & Yazid, 2020 dan; Meinura, 2022). Beberapa narasi telah diparafrase oleh penulis dengan tanpa merubah makna dan esensi, serta pada paragraf tertentu gaya penulisan atau redaksi yang ada telah diperbaiki melalui bantuan Artificial Intelligence (AI). Demikian, semoga bermanfaat. Kritik dan saran bisa Anda sampaikan melalui email penulis, andriirawanpai@gmail.com.

Daftar Pustaka

Hamzah, A. R. (2017). Konsep Pendidikan Dalam Islam Perspektif Ahmad Tafsir. At-Tajdid : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 1(01), 73–89. https://doi.org/10.24127/att.v1i01.336

Meinura, E. D. (2022). Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif Ahmad Tafsir. Jurnal Jendela Pendidikan, 2(03), 413–422. https://doi.org/10.57008/jjp.v2i03.259

Santi, K. A., & Yazid, S. K. J. (2020). Konsep Pemikiran Ahmad Tafsir Dalam Ilmu Pendidikan Islam. Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 5(1), 63–77. https://doi.org/10.48094/raudhah.v5i1.65

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biografi Prof. Dr. Ahmad Tafsir M.A.

Potret Ahmad Tafsir - Source: Unknown Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A., atau Ahmad Tafsir adalah seorang pakar dalam bidang pendidikan, terutama...