Potret Ahmad Tafsir - Source: Unknown
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A., atau Ahmad
Tafsir adalah seorang pakar dalam bidang pendidikan, terutama dalam bidang pendidikan Islam.
Gagasan tentang pemikiran pendidikannya cukup baru dan dapat dipertimbangkan
sebagai rujukan dalam diskursus ilmu pendidikan Islami. Dengan begitu, banyaknya para pakar pendidikan Islam di Indonesia yang dengan gigih menuangkan
gagasan-gagasan mereka untuk memajikan pendidikan di negara ini, pemikiran
Ahmad Tafsir tentang pendidikan juga bisa dijadikan bahan perbandingan dan tambahan
referensi dalam khazanah ilmu-ilmu pendidikan Islami.
Ahmad Tafsir dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 19
April 1942, jenjang pendidikannya diawali di Sekolah Rakyat (SR) Bengkulu, yang
saat ini telah bertransformasi menjadi Sekolah Dasar (SD). Setelah lulus dari SR,
dia melanjutkan jenjang pendidikannya di Pendidikan Guru Agama (PGA) selama 6
tahun di Yogyakarta, belum puas dengan ilmu yang diperolehnya, ia belajar di
Jurusan Pendidikan Umum Fakultas Tarbiyah IAIN (saat ini UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta dan lulus pada tahun 1969.
Pada tahun 1975-1976 Ahmad Tafsir mengambil kursus
filsafat di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama sembilan bulan ia kursus
filsafat di Yogyakarta, hingga meraih pemahaman filsafat dengan matang.
Perjalanan akademiknya tidak berhenti di situ, pada tahun 1982 ia melanjutkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu program magister di Pascasarjana
IAIN (saat ini UIN) Jakarta dengan mengambil konsentrasi Ilmu Pendidikan
Islam. Selang beberapa tahun, tepatnya tahun 1987 Ahmad Tafsir berhasil menyelesaikan
program doktoral di IAIN Jakarta pada bidang Ilmu Pendidikan
Islam. Ahmad Tafsir mempelopori berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam
(ASPI) pada tahun 1993 dan sampai tahun 2000 masih menjabat sebagai ketua.
Tidak lama setelah didirikan ASPI, sejak itu pula tahun 1994 sampai tahun 1996
banyak sekali mengadakan seminar nasional untuk membicarakan dan membahas Ilmu
Pendidikan Islam. Hasilnya, pada tahun 1995 diterbitkan Epistemologi untuk Ilmu
Pendidikan Islam, buku ini berisi tentang filsafat, paradigma, metodologi,
model penelitian, dan peta penelitian semuanya untuk pendidikan Islam. Dan sejak
tahun 1997 ia diangkat sebagai guru besar Fakultas Tarbiyah IAIN (saat ini UIN)
Sunan Gunung Djati Bandung.
Pengabdiannya di jenjang Perguruan Tinggi
dimulai sejak tahun 1970 dengan mengajar di Fakultas Tarbiyah di IAIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Pada tahun 1974 Ahmad Tafsir mencoba menyusun Diktat yang
berisi tuntunan lesson plan (persiapan mengajar) khusus membantu
mahasiswanya yang keluar menjadi Guru Agama Islam di sekolah tingkat menengah. Di dalam
Diktat tersebut baru dibuat pembahasan yang sangat singkat. Secara
berangsur-angsur disempurnakan pada tahun 1986, Ahmad Tafsir menganggap selesai
dan siap diterbitkan pada tahun 1990. Naskah itu diterbitkan pertama kalinya
(cetakan pertama) oleh Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung dengan judul buku
Metodik Khusus Pendidikan Agam Islam (MKPAI). Pada tahun 1988 berlaku kurikulum
baru Fakultas Tarbiyah yang disebut Kurikulum 1988.
Pada Kurikulum 1988 itu nama mata kuliah
Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (MKPAI) diganti dengan Metodologi
Pengajaran Agama Islam (MPAI). Kemudian pada tahun 1994 kurikulum Tarbiyah
berganti lagi. Dalam kurikulum itu digunakan Metodologi Pengajaran Agama Islam
(MPAI) juga. Pada tahun 1995, tatkala Ahmad Tafsir hendak menerbitkan cetakan
ketiga buku MKPAI itu, judul MKPAI tersebut oleh Ahmad Tafsir diubah menjadi
MPAI (Metodologi Pengajaran Agama Islam) disesuaikan dengan nama mata kuliah
itu dalam kurikulum Fakultas Tarbiyah yang terbaru. Isi MPAI lebih luas dari
pada isi MKPAI yang lama. Karena ada sedikit perubahan dan tambahan, ada 3 BAB
yaitu BAB 7 sampai dengan BAB 9 sebanyak 45 halaman dan beberapa revisi pada
halaman-halaman yang lain.
Pemikiran-pemikirannya telah banyak yang disosialisasikan
melalui tulisan-tulisannya yang telah diterbitkan, umumnya berbicara tentang
pendidikan dan filsafat, di antaranya adalah Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, Filsafat Pendidikan Islami, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, Metodologi Pengajaran Islam. Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Epistemologi untuk Ilmu
Pendidikan Islam (buku teks Perguruan Tinggi), Tasawuf Jalan Menuju Tuhan (bacaan
umum), Model Tasawuf Menurut Syari’ah, penerapannya dalam Perawatan korban
Narkotika dan Berbagai Penyakit Ruhani (bacaan umum). Di sela-sela
kesibukannya, Ahmad Tafsir juga banyak menulis di surat kabar berupa artikel ringan
dan umumnya mengenai agama dan pendidikan, kadang-kadang menggunakan pendekatan
filsafat. Ia tidak pernah aktif dalam bidang politik, bukan karena tidak
punya kesempatan, melainkan karena tidak berminat saja untuk terjun di
dalamnya.
Sejak lama Ahmad Tafsir mengajarkan Filsafat
Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islami di beberapa Perguruan Tinggi, pada
jenjang S1 maupun S2. Sebelum Ahmad Tafsir memberikan kuliah biasanya ia telah menyiapkan bahan, yang kadang-kadang telah berupa makalah. Makalah tersebut kemudian dibagikan kepada mahasiswa lalu ia membahasnya. Sering kali terjadi perubahan
dan perbaikan pada isi makalah setelah pembahasan itu. Makalah-makalah Ahmad
Tafsir itu diseleksi secara ketat, kemudian diambil oleh temannya dan ditulis
ulang. Dengan ditulis ulang, kesempatan yang baik untuk memperbaiki dan
memperkaya data dengan menambahkan makalah-makalah seminar dan lain-lain,
sehingga jadilah buku Filsafat Pendidikan Islam. Ahmad Tafsir berterima kasih
kepada para mahasiswanya yang telah ikut mematangkan gagasan-gagasannya. Jadi
buku Filsafat Pendidikan Islam ini yang amat sederhana menjadi media Ahmad Tafsir untuk mengajak para pembaca untuk mendiskusikan gagasan-gagasan tersebut.
Secara khusus Ahmad Tafsir mengucapkan terima kasih kepada
muridnya yang bernama Tedy Priatna dan Deden Efendi yang telah membantu ia ketika buku Filsafat pendidikan Islami masih berupa draf, yang kadang-kadang
mereka juga mengejek gagasan-gagasan yang ia tulis dalam bukunya. Kalau
mereka mengejek biasanya Ahmad Tafsir akan berkata, “diam dulu, kamu kan baru
lahir kemarin.” Dalam hal mengejek itu Darun Setiyadi juga sering ikut-ikutan.
Tetapi di balik itu semua ejekan mereka sebenarnya membantu Ahmad Tafsir “mematangkan”
gagasan-gagasannya tersebut, karena topik pembahasan Filsafat Pendidikan
Islam banyak yang sama dengan topik pembahasan Ilmu Pendidikan Islam, tetapi mahasiswa
tidak perlu mengajukan pertanyaan itu. Inilah penyebab utama yang mendorong
Ahmad Tafsir menulis buku Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam.
Ahmad Tafsir ingin menjelaskan perbedaan antara Filsafat Pendidikan Islam dan
Ilmu Pendidikan Islam. Ahmad Tafsir mencoba memisahkan teori-teori Ilmu
Pendidikan Islam dari teori-teori Filsafat Pendidikan Islam.
Suatu ketika, Ahmad Tafsir pernah
melakukan sebuah observasi (penelitian sederhana) terhadap sekolah-sekolah yang
dikelola oleh organisasi atau yayasan Islam selain Muhammadiyah. Hasilnya
menunjukkan kualitas yang serupa, bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Meski demikian, menurut Ahmad Tafsir, penilaian
ini cenderung pukul rata, karena ada juga satu atau dua sekolah Islam yang
berkualitas baik, bahkan favorit dan bergengsi. Kriteria perbandingan yang
digunakan Ahmad Tafsir kala itu cukup sederhana, yakni jumlah lulusan yang
diterima di perguruan tinggi negeri. Inilah permulaan ketertarikan serius Ahmad
Tafsir terhadap sekolah-sekolah Islam. Untuk memperdalam studinya, ia menulis
disertasi yang fokus pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Meskipun menurutnya
disertasi itu sendiri tidak terlalu baik, ada satu hal penting yang ia temukan
dalam penelitian tersebut: mengapa secara umum kualitas sekolah-sekolah Islam
lebih rendah dibandingkan sekolah-sekolah pemerintah dan yang dikelola oleh
lembaga Katolik?! Ketertarikan ini kemudian berkembang menjadi pemikiran mendalam
dan penelitian lapangan dalam berbagai kesempatan.
Ketika diundang ke Ujung
Pandang untuk sebuah seminar misalnya, Ahmad Tafsir memanfaatkan kesempatan itu untuk
bertanya kepada kawan-kawannya dari berbagai daerah, mengenai kondisi
sekolah-sekolah Islam di tempat mereka. Informasi yang diperolehnya semakin
memperkuat pandangannya bahwa secara umum kualitas sekolah-sekolah Islam memang
rendah. Kebetulan, Ahmad Tafsir juga pernah memimpin SMP Muhammadiyah di
Bandung selama tujuh tahun dan tidak pernah lepas dari sekolah Muhammadiyah
selama di Yogyakarta, baik sebagai pelajar maupun pengajar. Dari penelitian
yang cukup mendalam, Ahmad Tafsir menemukan jawabannya: masalahnya bukan
kekurangan dana atau kemiskinan umat Islam, melainkan pola pikir yang perlu
dibenahi. Menurutnya, umat Islam belum menyadari sepenuhnya terkait pentingnya
pendidikan atau kurang memperhatikan mutu sekolah Islam.
Biografi Ahmad tafsir di atas bersumber dari artikel yang ditulis (Hamzah, 2017; Santi & Yazid, 2020 dan; Meinura, 2022). Beberapa narasi telah diparafrase oleh penulis dengan tanpa merubah makna dan esensi, serta pada paragraf tertentu gaya penulisan atau redaksi yang ada telah diperbaiki melalui bantuan Artificial Intelligence (AI). Demikian, semoga bermanfaat. Kritik dan saran bisa Anda sampaikan melalui email penulis, andriirawanpai@gmail.com.
Daftar Pustaka
Hamzah, A. R. (2017). Konsep Pendidikan Dalam Islam
Perspektif Ahmad Tafsir. At-Tajdid : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam,
1(01), 73–89. https://doi.org/10.24127/att.v1i01.336
Meinura, E. D. (2022). Konsep Pendidikan Islam dalam
Perspektif Ahmad Tafsir. Jurnal Jendela Pendidikan, 2(03),
413–422. https://doi.org/10.57008/jjp.v2i03.259
Santi, K. A., & Yazid, S. K. J. (2020). Konsep Pemikiran
Ahmad Tafsir Dalam Ilmu Pendidikan Islam. Raudhah Proud To Be
Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 5(1), 63–77.
https://doi.org/10.48094/raudhah.v5i1.65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar