Selasa, 11 Maret 2025

Resensi Materi Perkuliahan Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik

Hakikat Agama dan Esensi Beragama dalam Islam

1.         Hakikat Agama

Harun Nasution menjelaskan bahwa agama memiliki makna sebagai suatu ikatan yang harus dipatuhi dan dipegang teguh oleh manusia. Ikatan ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Sumber dari ikatan tersebut adalah kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, yakni kekuatan gaib yang tidak dapat diindera oleh panca indera. Dengan demikian dapat dipahami bahwa agama adalah sebuah dasar yang mengikat secara hukum bagi setiap orang yang meyakini kebenarannya. Semua yang terikat dengan hukum-hukum yang diatur agama, ia akan selalu mempertimbangkan baik, buruk dan salah atau benar berdasarkan ajaran agama yang dianutnya.

2.         Islam sebagai Esensi Beragama

Menurut Tafsir Tahlili, agama yang diakui oleh Allah hanyalah Islam, yaitu agama yang mengajarkan tauhid atau keesaan Allah. Islam dianggap sebagai satu-satunya agama yang sah di sisi Allah, meskipun syari’at yang dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu mungkin berbeda dalam beberapa aspek. Intinya, semua agama tersebut mengajarkan untuk berserah diri kepada Allah, mengikuti perintah-Nya, dan rendah hati di hadapan-Nya. Muslim yang sejati adalah mereka yang melaksanakan amal dengan ikhlas, memiliki iman yang kuat, dan bebas dari syirik. Tujuan utama agama dalam pandangan ini adalah untuk membersihkan jiwa manusia dari keyakinan yang salah dan memperbaiki perilaku dengan amal baik serta keikhlasan kepada Allah.

 

Sumber Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keberagamaan

1.         Sumber Pengetahuan Keberagamaan

Pengetahuan adalah proses mencari tahu yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Sumber pengetahuan pada konteks keberagamaan mencakup berbagai rujukan yang digunakan oleh seorang individu untuk memahami dan menghayati isi ajaran agamanya. Sumber tersebut bisa berasal dari Kitab Suci, Sunnah dan sebagainya yang menyangkut masalah keberagamaan. Secara formal pengetahuan yang sifatnya berbasis agama dikenal pada Pendidikan Formal seperti sekolah, madrasah dan pondok pesantren yang juga bisa dijadikan rujukan sumber pengetahuan.

2.          Sikap Keberagamaan

Sikap ini meliputi penentuan prinsip-prinsip diri (fisik, mental, sosial dan spiritual). Sikap keberagamaan mencakup suatu cara pandang dan ekspresi seseorang terhadap agamanya. Ini terkait keyakinan, nilai, serta komitmen yang ada pada seseorang dan dipegang teguh terkait praktik keagamaannya. Sikap ini dapat bervariasi dari yang sangat positif hingga negatif dan dipengaruhi baik oleh pengetahuan agama, pengalaman pribadi, lingkungan sosial, dan faktor budaya.

3.         Perilaku Keberagamaan

Perilaku keberagamaan adalah wujud konkret dari sebuah sikap keberagamaan seseorang. Lingkup kajian ini dalam praktik keagamaan sehari-hari seperti ibadah, doa, ritual, dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama. Perilaku ini mencerminkan seberapa jauh seseorang menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan bisa terlihat dan tercermin dalam kehidupan keseharian terutama dalam ranah pendidikan Islam.

 

Dimensi Keberagamaan

1.         Pengertian Dimensi Keberagamaan

Dimensi keberagamaan merujuk pada berbagai aspek atau komponen yang membentuk pengalaman dan ekspresi keagamaan seseorang. Konsep ini digunakan untuk memahami bagaimana agama mempengaruhi dan dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari baik secara individu maupun dalam kehidupan berkelompok.

2.         Macam-macam Dimensi Keberagamaan

Dimensi Ideologis. Dimensi keberagamaan ideologis, khususnya dalam konteks kepercayaan, mencakup sistem keyakinan fundamental yang membentuk dasar ajaran suatu agama atau kepercayaan.

Dimensi Ritual (Ibadah). Dimensi ritual, atau ibadah, dalam konteks keberagamaan mencakup rangkaian tindakan dan aktivitas yang dilakukan secara teratur dan sistematis sebagai ekspresi dari kepercayaan dan pengabdian religius. Ritual ini biasanya melibatkan praktik-praktik yang dianggap suci dan memiliki makna mendalam bagi penganutnya.

Dimensi Pengalaman. Dimensi ini dalam konteks keberagamaan merujuk pada pengalaman pribadi yang mendalam dan subjektif yang dialami oleh individu dalam praktek keagamaan mereka. Pengalaman ini sering kali bersifat emosional dan spiritual, di mana individu merasakan kehadiran atau interaksi langsung dengan kekuatan Ilahi atau prinsip-prinsip spiritual.

Dimensi Intelektual (Pengetahuan). Dimensi intelektual dalam keberagamaan berfokus pada aspek pengetahuan dan pemahaman yang mendasari keyakinan agama seseorang. Ini mencakup studi tentang teks-teks suci, doktrin, dan ajaran yang membentuk dasar dari sebuah agama.

Dimensi Konsekuensial. Dimensi konsekuensial dalam keberagamaan mengacu pada dampak atau efek yang dihasilkan dari praktik dan ajaran agama dalam kehidupan individu dan masyarakat. Konsekuensi ini bisa bersifat pribadi, sosial, atau bahkan global.

 

Perkembangan Agama dan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

1.         Perkembangan Agama dan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SD

Pentingnya Keberagamaan Peserta Didik. Perkembangan peserta didik pada usia sekolah dasar sebenarnya telah dimulai sejak mereka lahir ke muka bumi ini. Peserta didik di awal menuju perkembangannya merupakan langkah pertama dan utama bagi orang tua untuk bisa diinternalisasikannya dasar-dasar keagamaan guna perkembangan mereka pada tahap berikutnya. Aspek keberagamaan ini penting sekali untuk diterapkan sejak dini guna memberikan rangsangan baik kaitannya dengan kebutuhan manusia dan untuk mengagungkan Allah.

Karakteristik Anak Usia SD. Psikologi anak pada usia ini melingkupi beberapa ranah yaitu asepk fisik, kognitif dan sosial yang khas sesuai dengan usianya. Terutama pada tahap konkret, mereka bisa belajar agama berdasarkan aspek-aspek pengalamannya. Kurikulum harus didesain sesuai dengan tahap perkembangan mereka, antara lain kurikulum agama yang mengintegrasikan cara-cara belajar yang menyenangkan agar mereka dapat belajar sesuai dengan tingkat dan tugas-tugasnya layaknya seorang anak.

Peran Orang Tua dan Sekolah. Orang tua sebagai guru pertama dan rumah sebagai sekolah pertama yang dilalui oleh peserta didik tentu memiliki peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan bagi anak terutama dalam aspek pendidikan Islam. Hal ini akan menjadi bekal utama bagi mereka ketika mereka masuk pada jenjang pendidikan formal. Pada pendidikan formal, para guru di sekolah, sejatinya akan melanjutkan pendidikan keagamaan peserta didik dari rumahnya. Dengan demikian, peran orang tua dan guru memiliki urgensi yang saling melengkapi.

2.         Perkembangan Agama dan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SMP

Peserta didik pada usia SMP memasuki masa remaja. Masa remaja (adolescence) adalah masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja adalah periode perkembangan transisi dari masa anak-anak hingga masa dewasa, mencakup perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

Masa SMP biasanya dimulai sekitar usia 12 hingga 15 tahun, adalah masa transisi yang dinamis dan penuh perubahan. Pada tahap ini, anak-anak mengalami berbagai transformasi fisik, emosional, dan psikologis yang signifikan. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipotetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.

Sikap jiwa beragama pada peserta didik SMP dapat dilihat dari sikap yang diekspresikan dalam kehidupan beragama yaitu: 1) Percaya dengan ikut-ikutan. Sikap agama yang percaya ikut-ikutan ini adalah hasil dari pendidikan lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melaksanakan ibadah dan ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan di mana dia hidup. 2) Percaya dengan kesadaran. Kesadaran agama atau semangat agama pada masa remaja, mulai dengan meninjau dan meneliti kembali cara beragama pada waktu masa kecil. Mereka ingin menjadikan agama, sebagai suatu lapangan baru untuk membuktikan pribadinya dan tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja. 3) Sikap ambivalensi/percaya tetapi ragu-ragu (kebimbangan dalam beragama). Kebimbangan remaja terhadap agama itu tidak sama, berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kepribadiannya masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan yang cepat bisa diatasi dan ada yang sangat berat sampai kepada berubah agama. 4) Tidak percaya atau cenderung ateis/tidak beragama. Sikap remaja ke arah tidak mempercayai adanya Tuhan, sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua kepadanya, maka remaja telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, dan kekuasaan terhadap siapa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.

3.         Perkembangan Agama dan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SMA

Perspektif psikologi perkembangan, peserta didik pada tingkat SMA merupakan fase ketika manusia memasuki masa usia remaja akhir. Berkisar antara usia 16 sampai 18 tahun. Dalam pendidikan Islam, dengan merujuk pada hadits yang berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan, maka fase ini disebut dengan fase baligh, yaitu ketika anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban tanggung jawab (taklif), terutama tanggung jawab agama dan sosial. Al-Ghazali menyebutnya dengan fase ‘aqil, fase di saat tingkah intelektual seseorang mencapai puncaknya, sehingga ia mampu membedakan perilaku yang benar dan salah, baik dan buruk.


Program Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Program pengembangan keberagamaan merupakan strategi sekolah untuk menunjang pembelajaran agama yang tidak dapat diperoleh pada jam pelajaran PAI. Dalam perancangan program keberagamaan tentunya harus mencakup dimensi-dimensi kegamaan dan aspek-aspek penting yang harus ada dalam keberagamaan. Program keberagamaan selayaknya dirancang dengan penuh pertimbangan mencangkup tujuan apa yang ingin dicapai serta kesesuaiannya dengan minat dan bakat peserta didik, sehingga apa yang diharapkan agar dapat dengan mudah tercapai.

1.         Program Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SD

Bentuk program pengembangan keberagamaan pada tingkat SD agar lebih detail dapat diterapkan sebagaimana poin-poin berikut ini.

1)       Pembiasaan Rutin

Pembiasaan Terjadwal

Pembiasaan Spontan

Pembiasaan terjadwal adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. Antara lain adalah:

-   Kegiatan do’a pagi;

-   Kegiatan do’a sebelum dan sesudah belajar;

-   Pelaksanaan shalat dzuhur berjama’ah;

-   Pelaksanaan shalat jum’at bersama;

-   Pelaksanaan shalat dhuha bersama;

-   Tadarus Al-Qur’an;

-   Mengikuti agenda keputrian;

-   Mengikuti kajian keIslaman, dan;

-   Aktif mengikuti kegiatan Baca, Tulis dan Hafalan Qur’an (BTHQ)

 

Pembiasaan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Antara lain adalah:

-   Pembinaan akhlak atau sopan santun siswa;

-   Bersalaman dengan etikanya;

-   Pembiasaan Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun (5S);

-   Pembiasaan adab dalam makan dan minum;

-   Pembiasaan adab dalam berpakaian;

-   Pembiasaan adab dalam berbicara;

-   Pembiasaan hidup disiplinan;

-   Pembiasaan budaya baca tulis;

-   Pembiasaan melengkapi sarana ibadah;

-   Pembiasaan moderasi beragama;

 

2)       Pembiasaan Insidential

Pembiasaan insidental adalah kegiatan yang diprogramkan dan direncanakan baik pada tingkat kelas maupun sekolah pada waktu-waktu tertentu. Bertujuan memberikan wawasan dan pengalaman tambahan kepada peserta didik yang berkenaan dengan unsur-unsur baru dalam kehidupan masyarakat yang penting bagi perkembangan peserta didik. Salah satu bentuk kegiatannya adalah kegiatan pesantren kilat di bulan Ramadan, pelatihan dai cilik dan sebagainya.

3)       Pembiasaan Ekstrakurikuler

Pembiasaan keberagamaan dapat dilaksanakan secara eksternal diluar jam pembelajaran, salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler misalnya kegiatan keagamaan yang selaras dengan kebutuhan perkembangan keagamaan mereka.

2.         Program Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SMP

Psikologi perkembangan peserta didik usia SMP memainkan peran yang sangat penting dalam memahami dinamika keberagamaan mereka. Pada fase ini, peserta didik berada dalam tahap peralihan yang krusial dari masa kanak-kanak menuju remaja (remaja awal), ketika mereka sudah mulai dapat mengeksplorasi diri dan keyakinan keagamaan. Perkembangan pada ranah kognitif yang pesat memungkinkan mereka untuk mempertanyakan norma dan nilai yang mereka terima sebelumnya, termasuk dalam hal keagamaan ini. Peserta didik pada usia SMP ini juga sering kali mengalami kebingungan mengenai masalah keimanan mereka, seperti mempertanyakan keberadaan Tuhan, juga masalah nilai-nilai moral yang telah diajarkan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bimbingan dari orang tua di rumah dan pendidik di sekolah dalam membantu mereka memahami dan menginternalisasikan aspek keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu program yang dipandang masih relevan pada jenjang SMP untuk dilakukan di sekolah antara lain adalah pendidikan intrakurikuler keagamaan, kegiatan keagamaan rutin, pendidikan karakter dan moderasi beragama.

3.         Program Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SMA

Sikap keberagamaan peserta didik pada jenjang SMA merupakan tahap ketiga dari perkembangan sikap keberagamaan seseorang, tahap tersebut dikenal dengan tahap individual (individual stage). Pada tahap ini sikap keagamaan peserta didik SMA masih belum stabil pada umumnya dan cenderung masih berubah-ubah seiring dengan pengalaman atau peristiwa yang mereka alami. Sikap labil yang dimiliki oleh seorang remaja SMA dapat ditolong dan ditanggulangi baik oleh orang tua maupun oleh guru agama di sekolah dengan menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu bentuk program yang tertuang dalam rumusan program keberagamaan di tingkat SMA antara lain adalah program unggulan “Tahajuz-Ku” (Tabungan Hafalan Juz ’Ama Ku), Ekskul UPTQ (Unit Pengembangan Tahfizh Al-Qur’an), Dewan Keluarga Masjid dan Kegiatan ROHIS (Rohani Islam).


Strategi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang Sekolah Dsar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

1.         Strategi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SD

1)       Membaca al-Qur’an sebelum pembelajaran. Membaca al-Qur’an di dalam metode ini menggunakan metode tartili. Cara pelaksanaannya yang pertama guru membacanya yang benar sebanyak tiga kali, sedangkan siswa membaca bersama-sama seperti yang telah dicontohkan oleh ustaz/ustazah. Kemudian pada lain hari dilanjutkan dengan halaman berikutnya. Setelah secara klasikal kemudian yang kedua dilanjutkan secara individual. Santri menghadap ustaz/ustazah satu per satu membaca Tartili jilid 1 sesuai halamannya masing-masing. Siswa yang belum mendapat giliran dapat menggunakan waktunya untuk belajar membaca sendiri. Dan yang terakhir dilanjutkan dengan ice breaking.

2)       Kegiatan Pesantren Kilat. Kegiatan ini dilaksanakan dengan harapan bisa memberikan dampak yang baik bagi perkembangan anak. Bagaimana tidak, anak dilatih untuk berpikir dan bergerak mengikuti kegiatan pesantren. Walaupun singkat, hal ini dapat memberikan pengaruh baik bagi aspek perkembangan anak.

2.         Strategi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SMP

Strategi pengembangan keberagamaan dapat diupayakan pada berbagai komponen program di sekolah, terutama dalam menuntaskan pembelajaran intra pada mata pelajaran PAI, salah satunya melalui program keberagamaan intrakurikuler keagamaan di SMP dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan untuk menanamkan nilai-nilai agama dan memperkuat pemahaman keberagamaan dalam proses belajar-mengajar di kelas. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan, di antaranya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran, penanaman milai religius melalui penggunaan modul keagamaan, pembelajaran praktis berbasis projek, diskusi kelas dan studi kasus keagaman, serta banyak lagi yang bisa diupayakan. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler bisa menjadi strategi yang efektif jika dikembangkan sedemikian rupa oleh para guru dan berbagai pihak terkait.

3.         Strategi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik Jenjang SMA

Pada jenjang SMA beberapa strategi yang dapat diterapkan di antaranya adalah sebagai berikut ini.

1)       Strategi Pembelajaran Diferensiasi

Strategi yang didapat dijalankan pada saat melakukan pembelajaran dengan keberagamaan peserta didik yaitu menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi keragaman siswa berdasarkan kesiapan, minat, bakat, dan gaya belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi juga sangat berpengaruh terhadap keharmonisan siswa dengan guru. Siswa merasa dihargai serta dimengerti sehingga tercipta proses belajar yang harmonis untuk mengantar siswa pada keberhasilan.

2)       Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Strategi pembelajaran ini adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa.

3)       Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) 

Pembelajaran aktif adalah metode atau strategi belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam berinteraksi, menyelidiki, menyelesaikan masalah dan menyimpulkan pemahaman diri. Melalui pembelajaran aktif, guru akan mengondisikan siswa untuk selalu mengalami pengalaman belajar yang lebih bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dilakukan selama proses pembelajaran.

 

Implementasi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik SD

1.         Pengembangan Keberagamaan Siswa SD

Pengembangan keberagamaan di tingkat SD memiliki peran strategis dalam membentuk karakter peserta didik. Pada fase ini, anak-anak berada dalam masa perkembangan moral dan spiritual yang krusial, sehingga pendidikan keberagamaan tidak hanya bertujuan mengasah pengetahuan agama, tetapi juga membangun kepribadian yang religius, toleran, dan bermoral.

2.         Implementasi Pengembangan Keberagamaan Siswa SD

Implementasi pendidikan keberagamaan di tingkat SD melibatkan berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, dan juga lingkungan sekolah. Namun, kaitannya dengan implementasi pengembangan keberagamaan di tingkat SD tidak lepas dari berbagai tantangan, di antaranya adalah kurangnya pemahaman tenaga pendidik terhadap strategi pengajaran nilai agama yang relevan dengan konteks zaman, keterbatasan waktu alokasi untuk pendidikan agama, serta kurangnya sinergi antara sekolah dan keluarga. Selain itu, keberagaman latar belakang agama peserta didik di sekolah tertentu juga memerlukan pendekatan yang inklusif dan bijaksana agar nilai-nilai keberagamaan dapat diterima secara universal tanpa menimbulkan konflik.

Jika dianalisis ada dua pendekatan yang bisa dilakukan, terutama oleh seorang guru dalam implementasi keberagamaan peserta didik usia SD di antaranya adalah pembiasaan dan peneladanan. Pendekatan pembiasaan dilakukan dengan menciptakan rutinitas positif yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari siswa di sekolah. Contohnya adalah membiasakan siswa untuk mengucapkan salam saat bertemu guru atau teman, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, menjaga kebersihan kelas, dan mengikuti kegiatan ibadah seperti salat berjamaah. Pembiasaan ini membantu siswa membangun kebiasaan baik yang dilakukan secara konsisten. Proses ini tidak hanya meningkatkan kedisiplinan siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur seperti rasa hormat, syukur, dan tanggung jawab.

Keteladanan guru, di sisi lain, menjadi elemen kunci yang memperkuat pembiasaan tersebut. Guru berperan sebagai figur yang dijadikan panutan oleh siswa. Sikap dan perilaku guru, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun saat mengajar, menjadi contoh nyata yang mudah diikuti oleh siswa. Misalnya, guru yang selalu berkata jujur, bersikap sabar, dan bertindak adil akan memberikan dampak positif yang mendalam pada siswa. Keteladanan ini membangun kesadaran siswa bahwa nilai-nilai baik tidak hanya diajarkan, tetapi juga harus dipraktikkan dalam kehidupan nyata.

 

Evaluasi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik SD, SMP dan SMA

Evaluasi adalah proses penilaian untuk menentukan nilai atau kualitas suatu objek, terutama dalam pendidikan, dengan menggunakan instrumen-instrumen dan indikator, serta tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

1.         Evaluasi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik SD

Rentang usia siswa SD adalah 6-12 tahun. Perkembangan intelektual anak sangat tinggi pada usia 6-12 tahun. Konsep evaluasi yang bisa dilakukan pada jenjang SD mengacu pada ranah spiritual yang dapat dilakukan setiap hari dengan cara berdoa, mengaji, bersedekah, mengisi lembar kegiatan ibadah Ramadan, home visit, atau supervisi pengamatan orang tua tentang kegiatan ibadah anak sehari-hari.

Adapun dalam ranah sikap, dapat dilakukan setiap hari dengan cara mengamati atau mengawasi siswa terhadap apa yang telah dilakukannya di lingkungan sekolah, seperti sikapnya ketika bergaul dengan teman dan tata krama atau etika pergaulan dalam berucap maupun bertindak.

Sedangkan evaluasi ranah pengetahuan melalui praktik atau evaluasi psikomotorik dapat berupa ujian lisan maupun tulisan tentang pengetahuan agama dan kegiatan ibadah, seperti menilai gerakan wudu dan gerakan salat anak. Ujian ini dilakukan pada saat evaluasi tengah semester, evaluasi akhir semester, atau kegiatan ibadah.

2.         Evaluasi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik SMP

Perkembangan keberagamaan siswa SMP lebih kompleks dari sebelumnya. Siswa di tingkat ini berkisar antara usia 12 hingga 15 tahun. Mereka sedang dalam masa puber pada usia ini. Pemahaman agama dan pola pikirnya telah matang karena kematangan fisik dan psikis.

Kegiatan program keagamaan di sekolah digunakan untuk mengkaji evaluasi yang dapat dilakukan pada siswa SMP. Hambali & Yulianti (2018) menyatakan bahwa ketika meninjau kegiatan ekstrakurikuler siswa di junior sekolah menengah, kegiatan harus difokuskan untuk memperkuat agama siswa. Dalam menilai perkembangan agama siswa di SMP mereka terus berkonsentrasi pada komponen sikap, perilaku, dan pengetahuan.

Pada jenjang SMP, sejatinya evaluasi dilakukan pada komponen-komponen yang tidak jauh berbeda dengan jenjang lainnya, menyangkut ranah pengetahuan, afektif dan psikomotorik. Hanya saja, pada jenjang usia SMP penilaian disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa tersebut. Seperti melalui observasi dan wawancara, tes lisan dan tulisan, juga tes tindakan sebagai awal proses berpikir abstrak mereka dengan penilaian berbasis kinerja.

3.         Evaluasi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik SMA

Program kegiatan pengembangan keagamaan bagi siswa SMA bukan lagi tentang mengasah keterampilan membaca doa atau membaca Al-Qur’an. Kegiatan pengembangan keagamaan bagi siswa usia sekolah menengah berfokus pada pengembangan sosial keagamaan, seperti kegiatan bakti sosial, kepedulian lingkungan, penelitian keagamaan, atau dialog tentang keagamaan.

 

Implementasi Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik di MA Al-Imaroh Cikarang Barat

1.         Membaca Al-Qur’an

Kegiatan membaca Al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai merupakan rutinitas yang dijadwalkan setiap hari di MA Al-Imaroh Cikarang Barat. Aktivitas ini tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan mental dan spiritual siswa sebelum belajar, tetapi juga sebagai bentuk pengenalan dan pembelajaran terhadap kitab suci Islam. Dengan membaca Al-Qur'an, siswa diajarkan untuk menghargai nilai-nilai agama dan memahami pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa, serta membentuk karakter yang baik. 

2.         Salat Sunnah Duha

Pembiasaan salat sunnah duha merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang diterapkan di MA Al-Imaroh Cikarang Barat sebagai bagian dari pengembangan spiritual dan karakter siswa. Sholat sunnah Dhuha dilakukan pada waktu antara terbitnya matahari hingga menjelang waktu salat zuhur, dan merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh siswa, biasanya di pagi hari setelah kegiatan belajar mengajar dimulai. Melalui pembiasaan salat sunnah duha, siswa diajarkan untuk disiplin dalam menjalankan ibadah dan merutinkan aktivitas keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. 

3.         Salat Zuhur Berjamaah

Salat zuhur berjamaah merupakan salah satu kegiatan ibadah keagamaan yang rutin dilaksanakan di MA Al-Imaroh Cikarang Barat sebagai bagian penting dari pengembangan keberagamaan siswa. Kegiatan ini dilakukan setiap hari setelah pelajaran, di mana seluruh siswa berkumpul untuk melaksanakan salat zuhur secara bersama-sama di masjid atau musala yang ada di sekolah.

4.         Infak Jumat

Kegiatan berinfak yang dilakukan pada hari Jumat merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai keagamaan dan pengembangan karakter siswa di MA Al-Imaroh Cikarang Barat. Berinfak di sini merujuk pada tindakan memberikan sebagian dari harta yang dimiliki, baik dalam bentuk uang, makanan, atau barang lainnya, untuk kepentingan orang lain, terutama yang membutuhkan. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara yang terorganisir, yaitu siswa diajak untuk menyisihkan sebagian dari uang saku mereka atau membawa makanan untuk dibagikan kepada teman-teman yang kurang mampu. 

Jumat, 28 Februari 2025

Book Report: Pengantar dan Teknik Evaluasi Pembelajaran

Pendahuluan

Buku yang berjudul “Pengantar dan Tenik Evaluasi Pembelajaran” ini merupakan karya tulis yang disusun dalam bentuk buku teks oleh saudara Gito Supriyadi, M.Pd. diterbitkan pertama kalinya dalam Bahasa Indonesia melalui Intimedia Press, Malang, November 2011. Genre dalam buku ini masuk dalam kategori buku teks ilmiah yang merupakan hasil pengolahan dan produk pemikiran seseorang pada dunia Pendidikan (Supriyadi, 2011).

Penulis memilih buku ini sebagai dasar acuan dalam melakukan book report (laporan buku) pada mata kuliah yang fokus pada pengkajian terkait dengan evaluasi pendidikan agama Islam. Secara teoritis, evaluasi dalam pendidikan memiliki jangkauan yang luas, baik dari segi materi beserta lingkup bahasannya. Salah satu lingkup dalam kajian evaluasi pendidikan agama Islam adalah konteks evaluasi dalam pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu instrumen penting yang harus dipahami oleh setiap pendidik dalam mengukur keberhasilan dari proses pembelajaran. Dengan demikian kiranya sangat tepat bagi seorang guru agar dapat mengembangkan pengetahuannya terkait dengan evaluasi dan mempraktikkannya. Urgensi tersebut merupakan dasar utama penulis dalam memilih buku ini yang dianggap relevan untuk dikaji dan dipahami, serta dijadikan bahan sebagai landasan pengembangan keilmuan pada konteks evaluasi pembelajaran khususnya.

Tujuan utama laporan book report ini, selain bagian dari tanggung jawab mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, juga merupakan langkah dan upaya penting dalam memberikan informasi tentang buku yang telah dikaji penulis dan akan disusun secara ringkas dalam bentuk laporan sederhana. Hal ini sangat berguna untuk efisiensi para pembaca di saat memahami pokok bahasan apa yang telah diuraikan pada buku tersebut. Selain itu, dengan adanya pelaporan suatu buku teks ilmiah ini diharapkan mampu memberikan pesan dari penulis buku tentang nilai-nilai yang terkandung dalam muatan kata demi kata, kalimat demi kalimat dari uraian buku tersebut, sehingga mudah untuk diberikan tanggapan dan komentar, bahkan kritik dan saran yang membangun atas apa yang menjadi kelebihan, maupun kekurangan dari penulis buku tersebut. Lebih jauh dari itu pelaporan buku ini juga insya Allah berguna bagi pengembangan lanjutan dalam dunia akademik bahwa ilmu pengetahuan akan senantiasa dinamis sesuai tuntutan zaman.


Sinopsis Buku

1. Pendahuluan dan Tujuan Buku

Buku ini bercerita tentang evaluasi pembelajaran yang secara teoritis dan praktis dapat dijadikan acuan dan pegangan oleh seorang guru dalam melaksanakan evaluasi. Judul buku ini adalah “Pengantar dan Tenik Evaluasi Pembelajaran” yang ditulis oleh Gito Supriyadi, M.Pd. Salah satu tujuan dari penulisan buku tersebut adalah untuk memberikan gambaran, serta tatacara dalam melakukan evaluasi pada proses kegiatan pembelajaran. Buku ini juga memberikan konsepsi dasar tentang bagaimana seorang guru melakukan kegiatan evaluasi dengan gaya dan keterampilan yang beragam. Keragaman tersebut didasari atas keragaman dari  itu sendiri seiring berkembangnya tahap-tahap dari aspek pengetahuan dan proses kognitifnya.

2. Struktur dan Organisasi

Buku ini terdiri dari sebelas bab yang mencakup BAB I tentang Pendahuluan, meliputi pokok bahasan terkait: (a) pengertian evaluasi dan evaluasi pendidikan, (b) pengertian pengukuran dan penilaian, (c) hubungan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi, (d) fungsi evaluasi, (e) tujuan evaluasi pendidikan, (f) kegunaan evaluasi dalam pendidikan, (g) sasaran (obyek) evaluasi pendidikan, dan (h) pelaku (subyek) evaluasi pendidikan.

Pada BAB II berbicara tentang tujuan instruksional dan hubungannya dengan evaluasi hasil belajar yang mencakup: (a) tujuan pembelajaran, (b) alasan perlunya merumuskan tuiuan pembelajaran, (c) kegunaan tujuan pembelajaran bagi guru dan siswa, dan (d) hubungan tujuan pembelajaran dengan evaluasi.

BAB III berbicara tentang prinsip-prinsip tes hasil belajar yang meliputi sub pokok bahasan meliputi: (a) prinsip keberlanjutan (istamrar), (b) prinsip universal (al-Kamal-al tamam), (c) prinsip keikhlasan, (d) prinsip obyektivitas (maudlu'iyyah), (e) prinsip validitas (validity) dan reliabilitas (reliability), dan (f) prinsip praktibilitas (practicability).

BAB IV berbicara tentang teknik penyusunan dan pelaksanaan tes hasil belajar yang meliputi: (a) ciri-ciri tes hasil belajar yang baik, (b) langkah-langkah penyusunan tes, (c) bentuk-bentuk tes hasil belajar dan teknik penyusunannya, dan (d) teknik pelaksanaan tes hasil belajar. BAB V berbicara tentang teknik pemeriksaan tes hasil belajar yang mencakup: (a) teknik pemeriksaan hasil tes tertulis, (b) teknik pemeriksaan hasil tes lisan, (c) teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes perbuatan.

BAB VI berbicara tentang teknik pemberian skor hasil tes hasil belajar yang terdiri atas dua sub bahasan yaitu: (a) pemberian skor pada tes uraian, (b) pemberian skor pada tes obyektif.

BAB VII berbicara tentang teknik pengolahan skor hasil tes hasil belajar menjadi niIai yang mencakup: (a) pengubahan skor menjadi nilai dengan nilai standar berskala lima atau nilai huruf A, B, C, D, dan E, (b) pengolahan skor menjadi nilai dengan nilai standar berskala sembilan, (c) pengolahan skor menjadi nilai dengan nilai standar berskala sebelas, (d) pengubahan skor menjadi nilai dengan menggunakan standar mutlak.

BAB VIII berbicara tentang penentuan nilai akhir di dalam raport dan STTB, serta penyusunan ranking yang mencakup: (a) teknik penentuan nilai akhir, dan (b) teknik penentuan ranking (kedudukan). BAB IX berbicara tentang validitas tes hasil belajar yang meliputi: (a) konsep validitas, (b) jenis-jenis validitas, (c) teknik pengujian validitas tes keseluruhan, (d) teknik pengujian validitas butir, (e) validitas dan panjang test, dan (f) faktor penyebab invalidasi.

BAB X berbicara tentang teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar yang pada pokoknya membahas: (a) konsep reliabilitas sebuah tes, (b) sumber keajegan dan ketidakajegan, (c) metode sederhana mengestimasi reliabilitas, (d) beberapa tinggi koefisien reliabilitas, dan (e) ancaman terhadap reliabilitas.

BAB XI berbicara tentang analisis soal yang pokok bahasannya meliputi: (a) analisis kualitatif dan kuantitatif dan (b) teknik analisis soal tes hasil belajar.

3. Topik Utama

Topik utama dalam buku ini adalah analisis dan kajian tentang evaluasi dalam pembelajaran. Secara keseluruhan bahasan materi yang dikemukakan disajikan dengan tinjauan teoritis dan konsep umum, guna memberikan pembelajaran bagi guru pada saat melakukan evaluasi.

4. Metode dan Pendekatan Pembelajaran

Metode dan pendekatan dalam menyajikan penulisan buku dengan tema evaluasi pembelajaran ini menggunakan metode pembelajaran berbasis literatur dan pengkajian keilmuan secara kontekstual. Hal ini menjadi penting sebagai bahan acuan bagi para guru agar mudah memahami teknik evaluasi pembelajaran. Selain itu penulis pada kasus tertentu mencoba mengulik bahasan-bahasan terkait kebutuhan seorang guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran yang tepat dan efesien.

5. Fitur Khusus

Dalam buku tersebut terdapat beberapa fitur yang secara terintegrasi dalam kajian teoritik berkenaan dengan evaluasi pembelajaran seperti abstraksi terhadap materi yang akan diulas lebih jauh oleh penulis. Selain itu terdapat juga beberapa bagan konseptual dalam rangka memudahkan arah para pembaca dalam memahami sajian isi buku.

6. Audiens Sasaran

Buku ini sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang tentunya semua proses tersebut bermuara pada konteks evaluasi pembelajaran. Evaluasi merupakan tugas penting yang wajib dilakukan oleh seorang guru terhadap  dalam rangka menggali informasi terkait perkembangan hasil belajar. Sehingga dua komponen utama, yaitu pendidik dan  dalam menjadi sasaran utama yang dipersembahkan oleh buku tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan buku ini dapat dijadikan bahan kajian dengan sisi kebermanfaatan bagi para mahasiswa sebagai calon guru.

7. Pentingnya Buku bagi Bidang Studi

Sebagai mahasiswa dan masyarakat akademis yang terlibat di bidang studi dan kajian pendidikan agama Islam, tentu sangat relevan untuk belajar dan memahami konteks evaluasi pembelajaran. Bidang studi pendidikan agama Islam secara hakiki diarahkan pada lulusan mahasiswanya sebagai guru. Tentu buku ini sangat berguna dan relevan dengan bidang studi dan disiplin ilmu pendidikan agama Islam. Buku ini menawarkan perspektif ideal dalam mengolah proses pembelajaran dari mulai perencanaan hingga tahap evaluasi.

 

Analisis dan Interpretasi

1. Kejelasan dan Kelengkapan Materi

Dalam buku ini telah diuraikan berbagai sub sistem materi yang lebih mengarahkan pembaca dengan konsepsi bahasa tulisan yang lebih sederhana dan elegan. Materi yang dituangkan relatif jelas dan informatif. Selain itu Bahasa yang digunakan juga relatif mudah untuk dipahami. Hal ini disebabkan keuletan penulis dalam meminimalisir kutipan secara berlebihan. Dalam kajiannya banyak diulas juga terkait konsep-konsep yang barang kali memiliki tingkat kompleksitas dalam memahaminya, namun penulis memberikan beberapa trik untuk memudahkan para pembaca, sehingga paling tidak semua paparan tersebut dapat lebih mudah dipahami secara umum.

2. Relevansi dan Kebaruan Materi

Jika dibaca dan ditelaah dengan cara seksama, buku tersebut menampilkan sebuah konstruk teori berkaitan dengan teknik evaluasi pembelajaran, sehingga sudah nampak jelas muatan dan isi materi sangat relevan dengan bidang studi Pendidikan agama Islam. Penguatan pembelajaran kaitannya dengan evaluasi pembelajaran sangat penting diketahui guna memberikan pemahaman teknis bagi setiap guru yang bertanggung jawab terhadap hasil belajar siswa (Audria et al., 2024). Kajian keilmuan yang tertuang dalam buku ini sejatinya tidak jauh berbeda dengan buku-buku lain yang juga membahas topik tentang evaluasi pembelajaran. Namun sudut pandang setiap penulis akan senantiasa memengaruhi konsep dan arah si penulis dalam hal menyusun gagasan-gagasan tersendiri. Berdasar hal tersebut celah kebaruan dari aspek pikiran penulis, tentu penting dipertimbangkan menjadi salah satu kebaruan pemikiran.

3. Struktur dan Organisasi

Struktur dalam buku dilengkapi dengan pedoman dan pengantar yang dikemukakan oleh penulis. Hal ini bisa diasumsikan bahwa penulis berusaha untuk mengarahkan para pembaca agar mudah dalam memilih dan memilah bagian tertentu pada saat membaca. Dari aspek fisik, buku ini juga dicetak dengan desain yang cukup sederhana, sehingga nampak sebagai buku yang realistis dan syarat dengan budaya keilmuan, tidak berlebihan, apalagi memunculkan warna-warna aneh dan mencolok.

4. Metodologi Pembelajaran

Buku ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi semua elemen dalam pendidikan, tanpa terkecuali dalam aspek evaluasi pembelajaran. Penjelasan terkait teknik evaluasi dalam buku ini bisa dipergunakan dan jadikan dasar pengambangan evaluasi secara praktik di lapangan dengan telah mewakili semua model dan metode-metode pembelajaran. Jika kita kaji, banyak pembahasan yang menerangkan teknik-teknik evaluasi yang cukup detail dan dilengkapi dengan anotasi-anotasi terhadap pelaksanaannya sesuai dengan gaya belajar . Pendekatan yang dilakukan penulis dalam buku tersebut, menurut hemat penulis cukup inovatif dan dapat membantu beberapa problem pembelajaran.

5. Latihan dan Aplikasi Praktik

Dalam buku tersebut penulis telah mengembangkan beberapa konsep kajian teori yang diulasnya. Dari sekian banyak paparan di dalamnya, terdapat komponen-komponen latihan dan aplikasi praktik dalam konteks evaluasi pembelajaran. Seperti memberikan keterangan yang lebih konkret terhadap suatu pembahasan tertentu, sehingga contoh yang disajikan, dengan penguatan teori cukup menantang para pembaca dalam mempraktikkan konsep-konsep evaluasi pembelajaran di dalam kelas.

6. Sumber dan Referensi Tambahan

Sumber rujukan pada buku ini dalam menguatkan argumen pembahasan yang tertuang di dalamnya dapat dirasa cukup, namun tidak dilengkapi dengan ragam rujukan lain sebagai bahan tambahan pengembangan khasanah keilmuan yang akan memperkaya nilai-nilai ilmiah dalam bahasannya. Sehingga penulis dalam buku tersebut lebih banyak mengutip teori besar dalam karya tulis lain mengenai pendapat ahli terdahulu.

7. Penggunaan Bahasa dan Terminologi

Bahasa yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan buku, telah memenuhi kriteria pemahaman orang Indonesia secara umum. Hal ini dapat dibuktikan dengan gaya bahasa yang relatif banyak menggunakan bahasa sendiri, tanpa mengurangi nilai-nilai bahasa formal pada konteks keilmuan.

8. Kritik Terhadap Perspektif dan Bias

Buku ini menjelaskan berbagai perspektif teori tentang keilmuan dan juga teknik evaluasi pembelajaran. Pada dasarnya setiap orang yang mencurahkan pemikirannya melalui karya tulis ilmiah, tentu akan dituntut pertanggungjawaban keilmuannya dengan cara menuangkan buah pikirnya melalui prosedur ilmiah. Namun, semua konsep yang tertera melalui konstruk penulisan, akan selalu dipengaruhi oleh faktor subjektivitas dari penulisnya. Dengan demikian, dapat dimaklumi apabila setiap ada buku-buku teks ilmiah yang diterbitkan, sangat syarat dengan pandangan pribadi penulis. Sama halnya pada buku ini, walaupun banyak muatan materi yang tersusun sedemikian rapi sesuai tata cara ilmiah, akan selalu bermunculan sikap dan pandangan pribadi dalam menganalisis sebuah kasus yang sedang dikaji.

9. Kontribusi terhadap Bidang Studi

Salah satu kontribusi utama buku ini dalam disiplin Pendidikan agama Islam yaitu dapat menambah segudang pembahasan dan pengalaman dalam menganalisis buku-buku teks ilmiah sebagai acuan para kaum akademis mengembangkan studi yang didalaminya. Dari aspek konten, muatan materi terfokus pada pengenalan akan pentingnya seorang guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Dengan adanya buku ini diharapkan bisa menjadi dasar penggerak untuk mendalami kemampuan teknis penilaian pembelajaran. Selain berkontribusi dalam diskursus keilmuan, buku ini penting untuk dijadikan bahan ajar maupun panduan seorang guru dalam kegiatan praktik. Mempraktikkan kegiatan 6 belajar mengajar tentu akan sangat membutuhkan berbagai sarana dan penunjang lain yang bersifat teknis. Salah satu upaya yang bisa dilakukan, adalah dengan membuat buku ajar evaluasi pembelajaran. Buku ajar dihadirkan sebagai sarana yang dapat menunjang dan mempermudah seorang guru di kala mengajar atau bagi mahasiswa sebagai calon guru. Buku ajar sebagai pegangan, kiranya bisa menjadi alternatif seorang mahasiswa pada saat mencari dan mengembangkan ilmu di luar peran dosen secara langsung. Dengan adanya buku ajar evaluasi, para mahasiswa dapat leluasa berinteraksi dengan pemikiran orang lain tentang materi yang disampaikan (Febrianto & Puspitaningsih, 2020). Seorang akademisi dituntut agar selalu berusaha dan aktualisasi diri. Salah satu usaha yang bisa dilakukan antara lain adalah aktif dalam kegiatan literasi. Kegiatan literasi ini sangat erat kaitannya dengan pembedahan kajian-kajian teori tertentu, salah satunya adalah melakukan tinjauan literatur pada buku-buku teks yang kemudian dapat dikaji ulang dengan keterampilan sendiri. Literasi dalam konteks ini adalah membaca, yaitu sebuah kemampuan untuk memahami, menganalisa dan merefleksi sebuah teks melalui pelibatan langsung dalam memperoleh informasi tersebut (Dafit, 2020).


Refleksi Pribadi

Selaku mahasiswa pada program studi Pendidikan agama Islam tentu merasa sangat terpanggil untuk belajar dan mengembangkan berbagai diskursus evaluasi pembelajaran. Hal ini penting sekaligus merupakan keterampilan yang wajib dimiliki oleh para guru. Buku-buku tentang evaluasi pembelajaran akan sangat berguna dalam membekali para pendidik guna mengoptimalkan teknik evaluasi secara berkualitas dan objektif. Bagi saya, isi tulisan dalam buku ini merupakan sederetan upaya bahkan ide yang ditawarkan oleh penulis yang tentu akan berdampak pada peningkatan aspek literasi dan bahan-bahan pengkajian bagi para pembacanya, setidaknya menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang teknik evaluasi pembelajaran.

 

Simpulan

Evaluasi pembelajaran merupakan keterampilan yang wajib dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. Seorang guru wajib melakukan evaluasi pembelajaran sebagai wujud dari upaya mencari informasi terkait dengan perkembangan belajar  sesuai tujuan pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, seorang guru dapat memberikan penilaian atas berhasil dan tidaknya proses pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Buku pengantar dan teknik evaluasi pembelajaran yang ditulis oleh Gito Supriyadi sangat tepat dijadikan sebuah acuan dalam mempelajari kemampuan teknis bagi seorang guru saat melakukan evaluasi pembelajaran. Saya merekomendasikan buku ini agar dibaca, setidaknya dijadikan bahan untuk diskusi ilmiah dan menyebarkan ilmu pengetahuan, serta mengembangkannya ke dalam bentuk yang lebih luas.


Daftar Pustaka

Audria, N., Lestari, O. I., & Sastrawati, E. (2024). PENTINGNYA EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER  DISEKOLAH DASAR. 09.

Dafit, F. (2020). PENGARUH PROGRAM POJOK LITERASI TERHADAP MINAT BACA MAHASISWA PGSD FKIP UIR. Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Januari 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 1 Januari 2020, 117-130.

Febrianto, R., & Puspitaningsih, F. (2020). PENGEMBANGAN BUKU AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN. Education Journal : Journal Educational Research and Development, 4(1), 1-18. https://doi.org/10.31537/ej.v4i1.297

Supriyadi, G. (2011). Pengantar dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Intimedia Press, Malang.

Resensi Materi Perkuliahan Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik

Hakikat Agama dan Esensi Beragama dalam Islam 1.          Hakikat Agama Harun Nasution menjelaskan bahwa agama memiliki makna sebagai su...